Besok hari Senin, seperti biasa ada upacara bendera. Bukan aku, tapi Xti yang upacara. Kebetulan pas tanggal 21 April. Hari Kartini. Untuk Xti yang baru kelas 2 SD tidak ada yang neko-neko. Cukup latihan lagu Ibu Kita Kartini hari Sabtu kemarin. Tapi ternyata aku jadi ikut "heboh" dalam rangka hari Kartini besok. Bukan tentang Xti. Tapi tentang Vina, kakak Henry teman Xti; yang sekolah di SMP Tarakanita yang notabene adalah sekolah khusus anak perempuan alias cewek alias wedok alias wadon, besok kudu harus wajib pakai kebaya. Ceritanya, sang mama kebingungan cari kebaya untuk si putri sulungnya. Aku maklum banget kalau beliau tidak prepare kebaya di rumahnya. Banyak faktor; satu, asal dari Bangka. Dua, keluarga keturunan Cina. Tiga, gak nyangka gitu lho kalau musti berkebaya. Sejak aku tinggal di Jakarta memang belum pernah aku melihat ada sekolah yang mengharuskan berkebaya di hari Kartini. Mungkin ada, tapi hanya dalam hitungan jari.
Si mama sudah usahakan, tapi ternyata kalau gak kekecilan ya kedodoran. Akhirnya aku ikut bongkar-bongkar baju. Seingatku kebaya wisudaku aku boyong juga ke Jakarta. Tapi gak ada juga. Satu-satunya yang lumayan gak kedodoran di badan Vina ya kebayaku pas pernikahan di Gereja. Dulu beratku cuma 47 kg. langsing ya?
Niatnya sih, kebaya mau disimpan untuk Xti nanti kalau sudah gede. Aku pikir-pikir lagi, kayaknya gak problem deh kalau dipinjam dulu, toh belum tentu nasib kebayaku baik-baik saja saat Xti dewasa nanti. Yang penting Xti bisa baik-baik saja dan siap menjadi perempuan masa depan sebaik-baiknya. Baik Bu!
1 komentar:
Tahu gak, Senin sore aku telpun Kediri, gak tahunya bapakku juga ikut blangkonan dalam rangka hari Kartini. Weh, sekarang hari Kartini para lelaki juga ikut macak ya. Koyok mantenan ae, hihi.
Posting Komentar