Sabtu, 06 Juni 2009

HAM-HAM Si Marmut

Ujian akhir semester sudah usai. Wis pokok'e mau ngapain aja bebas deh...! Terima rapor masih Sabtu depan (13 Juni'09) sih, tapi kegiatan di sekolah sudah santai; menggambar, menyanyi, bikin mosaik, boleh bawa buku cerita, boleh bawa mainan, wis... ibunya juga ikut leyeh-leyeh, hehehe....

Sesuai janjiku, setelah ujian selesai, Xti boleh beli guinea pig alias marmut. Pulang sekolah hari Jumat kemarin langsung meluncur ke Ragunan dengan 36 nyambung S15 (nomor angkot yang membawa kami menuju Ragunan, hehehe...) plus panas yang menyengat dan sumuuuk.... Untung perjalanan gak macet dan angkutan gak full tank; jadi kami bisa duduk sedikit leluasa.

Benar-benar nggak sabar deh si Xti, baru juga turun dari kendaraan langsung komentar, "Mana, bu, kok nggak ada, di mana yang jual?" Hihihi... penasaran benar nih anak ya!

Di samping GOR berderet macam-macam pedagang, tapi yang paling mencolok adalah penjual binatang dengan fam: binatang pengerat. Mulai dari kelinci lokal, kelinci interlokal, eh... maksudnya kelinci ras macam anggora gitu, ada hamster, dan tentu saja si guinea pig alias marmut. Dari kejauhan sudah kegirangan benar anakku, berkata-kata mengandung ketidaksabaran plus sedikit gemas.

Lucunya, bapak penjual gak tahu apa itu guinea pig, malah bingung dan balik bertanya. Nah lho! Sebenarnya guinea pig itu ya marmut, cuman aku sempat ragu, jangan-jangan itu jenis marmut impor atau marmut blasteran (indo, hahaha...), tapi begitu melihat sosok kecil yang sepintas mirip tikus (mulut lancip, daun telinga juga kecil dan pendek, kaki juga ramping) tapi jauh lebih cakep dengan bulu warna telon (putih, hitam, dan coklat), aku yakin; oalaaah... ya emang marmut!

Pilih dipilih, sebenarnya Xti sempat 'berpindah ke lain hati' alias melirik si kelinci-kelinci di kandang sebelah yang memang kelihatan lebih lucu dan menggemaskan. Apalagi yang jenis impor, macam anggora dengan bulu-bulunya yang dhiwut-dhiwut, lucu banget! Ada juga yang bulunya seperti biri-biri siap dicukur untuk bikin mantel. Ada yang bulunya seperti karpet, wis pokoknya aku saja ikut-ikutan gemes! Tapi penjualnya bilang, kelinci lebih rentan alias gak tahan cuaca dingin dan lebih sulit perawatannya. Wah, berarti gak bisa dong diajak hidup 'preman' ala Kristi? Hahaha....

Ya sudah, Kristi setuju kembali ke minat semula, marmut. Awalnya seekor marmut yang gemuk bulat menarik perhatiannya, tapi ternyata si marmut sedang bunting. Nggak ah, ntar repot kalau anak-anaknya lahir malah harus beli kandang baru dan bla bla bla.... Akhirnya Xti memilih marmut berukuran sedang untuk dibawa pulang (tentu saja harus membayar sesuai kesepakatan hasil tawar menawar).

Sepanjang perjalanan pulang dan sambil menenteng kandang mungil berisi seekor marmut (yang juga mungil) tak hentinya dia berbicara dan bertanya; mulai dari nanti makannya apa, nanti malam di mana si marmut tidur, mau diberi nama siapa, boleh nggak dia memandikannya besok, boleh diajak bermain-main apa tidak, dan masih ditambah serentetan rencana menyambut 'anggota' baru ini di rumah. Gak ikutan mikir ah.... :)

Benar saja, begitu sampai rumah, banyak sekali 'upacara penyambutan' dilakukan Xti; ambil wortel, ambil air minum, dan akhirnya akupun harus turun tangan; mencari tempat yang pas untuk meletakkan kandang dan menyiapkan alas kandang. pfff... selesai sudah. Bisa juga aku beristirahat. Tapi Xti tidak, hampir seharian dia 'bercengkrama' dengan teman barunya. Setelah mengumumkan kepada aku dan bapaknya bahwa nama si marmut adalah Ham Ham Hamila, dengan nickname: Ham-Ham, resmi sudah si Ham-Ham menjadi penghuni rumah ini.

Inilah dia si Ham-Ham, cakep kan? Hihihi....